Rabu, 13 Januari 2010

cerpen

APAKAH AKU SALAH JATUH CINTA???


Kata Project Pop, “ Jatuh cinta berjuta rasanya ”. Kata Baron Soulmate, “ Jatuh cinta itu indah”. Hmmm,,, benarkah? Coba deh kalian jatuh cinta. Meskipun wajah jelek, tubuh pendek, kurus kerempeng, kantong gepeng teteeep dianggep enteng. Asal bisa bersama dunia terasa milik berdua. Yang lain NGONTRAK.

Cinta memang ajaib. Dia bisa merubah orang sedih jadi senang, sakit jadi sehat, lemah jadi kuat dan tua jadi muda. Tapiii kalo jatuh cintanya sama playboy gimana? Apa masih bisa kita merasakan keindahan cinta? Apakah rasa itu hanya sesaat datang lalu pergi? Bagaimana jika kebahagiaan ini hanya kebahagiaan semu? Akankah semuanya hilang dan pergi begitu saja?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam pikiranku. Bagai mimpi buruk yang selalu menghantuiku. Saat ini aku memang sedang jatuh cinta. Tentu saja dengan seseorang yang telah berhasil mencuri hatiku, meluluhkan angkuhku, dan meredam egoku.

Tapi sayangnya orang-orang menyebut dia playboy. Perlu kuulang sekali lagi agar semuanya jelas. PLAYBOY. Hmm,,, sungguh sebuah julukan yang cukup membuat telingaku panas meski awalnya ku sempat mengadakan pembelaan buat mereka. Mulanya aku berpikir kalau sering ganti-ganti pacar itu bukan playboy. Mereka hanya mencari kecocokan.

Sayangnya, aku sekarang udah berubah pikiran. Gak ada pembelaan lagi buat mereka. Bahkan aku berpikiran hanya cewek bodoh yang termakan bujuk rayu playboy. Hmm......lalu, apakah aku termasuk di antara cewek bodoh itu? Jujur aku paling anti dengan cowok playboy. Aku benci mereka. Bagiku mereka adalah manusia yang tak berperasaan. Hanya menjadikan wanita sebagai objek semata. So, kalau mereka bosan tinggal buang cari yang lain. Hahh, mereka pikir kita ini apa???

****

1 Hari Pasca Jadian

Suasana hiruk pikuk ini tak berhasil membuatku beranjak dari tempat duduk. Aku hanya melirik sebal pada teman-temanku yang berebutan memburu contekan. Maklum hari ini pelajaran matematika. Tapi aku tak peduli. Mungkin aku terlalu sibuk dengan perasaanku sendiri.

“ Ra, tega banget sich kamu!!! “ suara Ditya memang cukup mengagetkanku tapi tetap saja tak berhasil membuatku bersuara. Aku hanya menatapnya malas dan pasrah menerima makiannya.

“ Ra, kamu bener jadian ma Danar? Kamu tau kan Danar itu siapa? Kenapa kamu nggak bilang ma aku dulu sich? Maen terima gitu aja. “ Ditya memberondongku dengan berbagai pertanyaan tapi aku tetap saja bergeming.

Aku tidak menyalahkan Ditya jika dia berkomentar seperti itu. Semua temanku pasti akan bicara seperti itu. Bukannya aku tidak menghargai Ditya sebagai sahabatku. Tetapi untuk kali ini aku juga tidak tahu apa yang telah aku lakukan. Aku hanya menuruti hati kecilku. Apa aku salah?

****

Flashback

“ Mungkin aku emang terlalu banyak melakukan kesalahan dalam hidupku. Tapi sungguh ini bukan inginku. Selalu ada masalah yang datang dalam hidupku. Yang memaksa aku untuk mengambil sebuah keputusan, yang kadang menyakitkan. “ Danar sengaja memberi penekanan pada kata menyakitkan.

“ Malam ini, ingatan masa laluku jelas sekali. Aku bisa melihat setiap kesalahan yang pernah kubuat, setiap kerusakan yang kuakibatkan, hal-hal kecil maupun besar. Setiap kepedihan yang kutimbulkan di hati cewek-cewek itu, setiap luka yang kuberikan di hati mereka, bertumpuk dalam tumpukan yang rapi yang tak mungkin kuabaikan atau kusangkal. “ Dia menggenggam erat tanganku. Pandanganku beradu. Dia berusaha meyakinkanku seolah dia makhluk paling berdosa di dunia ini.

Ada dorongan dalam diriku untuk beradu statement dengannya. Tapi aku mengurungkan niatku itu. Aku membalas pandangannya. Kulihat kesungguhan pada matanya. Kupikir ini hanya perasaanku saja, yang terlalu iba dengannya dan diam-diam juga menaruh hati padanya. Atau ini salah satu jurus jitu sang playboy untuk menaklukan mangsanya?

Hhhh,,,, tak tahulah aku. Semuanya berjalan begitu saja.

****

“ Auraaa... kamu dengerin aku nggak sich? “ suara Ditya kembali menggema di telingaku. Kali ini dia benar-benar sukses membuyarkan lamunanku.

“ Eh, e... ya apa? “ jawabku sekenanya.

“ Huuhh, capek dech. Ternyata Danar membawa pengaruh negatif buat kamu. “ jawabnya kesal.

Benarkah Danar membawa pengaruh negatif? Tuhan, apakah aku salah jika aku juga mencintainya? Selama ini aku merasa nyaman berada di dekatnya, merasa aman berjalan di sampingnya, dan merasa paling bahagia karena bisa mendapatkan perhatiannya.

“kamu sadar gak, jadi ceweknya Danar yang keberapa? ketujuhRa, ketujuh. Itu baru yang aku tahu di SMA ini. Belum lagi kalau ada yang lain di luar sana. Kamu gak nyadar kenapa si Vita benci ma kamu? Itu karena kamu dekat ma Danar. Dan kamu tahu arti yang lebih buruk lagi? Danar egois. Dia meninggalkan cewek yang masih mencintainya demi egonya. Itu artinya, tidak menutup kemungkinan dia juga akan melakukan hal yang sama ma kamu. “ Ditya menceramahiku panjang lebar. Pandangannya tajam. Sebuah pandangan kecewa plus benci. Sebelumnya tak pernah dia bersikap seperti itu padaku. Dia selalu mensupportku. Tapi kenapa untuk kali ini dia tidak melakukan itu?

“ Aku tau Dit, aku salah. Tak pernah cerita sama kamu sebelumnya. Aku juga bingung dengan perasaanku. Tapi aku melihat kesungguhan hatinya. Dan aku pikir tak ada salahnya jika memberinya kesempatan untuk berubah. “ jelasku mengiba. Berharap Ditya memihak padaku. Ditya mengehela nafas panjang. Tatapannya masih tajam.

Stupid.” ucapnya marah.

Why? “

You don’t know,,, “ ucapan Ditya seketika terhenti bersamaan ketika guru Matematika masuk dan siap memberi pelajaran. “...itu adalah cara playboy untuk menaklukan mangsanya. “ bisiknya melanjutkan ucapan yang tadi terputus. Sudah kuduga dia akan berbicara seperti itu.

Semuanya sibuk memposisikan dirinya di tempat duduk masing-masing. Aku memang sudah dari tadi standby di tempat dudukku. Tapi pikiran dan hatiku entah kemana. Tak berhasil aku memanggilnya untuk kembali ke tempat asalnya.

****

1 Minggu Pasca Jadian

“ Apa Ra? Ada cewek yang berusaha ngedeketin Danar? “ teriak Ditya. Dia shock saat aku cerita padanya bahwa ada seorang cewek yang mendekati Danar dan berusaha merebut Danar dariku.

“ Tuh kan aku bilang juga apa? Emang dasarnya playboy sampai kapanpun tetep playboy. Nggak akan berubah. Pasti si Danar duluan yang merayu kan? “ kata Ditya menjelek-jelekkan Danar. Jujur aku sedikit kecewa dengan ucapan Ditya. Di mataku Danar bukan cowok seperti itu. Egois memang. Karena cinta semuanya bisa di kamuflase. But this is real. Penilaian dari hati dan logika tanpa embel-embel cinta.

“ Nggak gitu Dit. Danar udah serita semuanya. Dia sama sekali nggak kenal cewek itu. Apalagi sampai merayunya. “

“ Oh ya? Dan kamu percaya gitu aja? Nonsense. “ aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Tadinya aku berharap Ditya mau memberikan solusi untukku sama seperti yang dia lakukan ketika aku ada masalah. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia semakin memojokkan aku.

“ Kamu pasti mau minta saranku kan? “ ucap Ditya tiba-tiba. Aku senang mendengarnya. Ada sedikit harapan dari pertanyaannya. Aku mengangguk pasti.

“ Putusin Danar. “ aku tersentak mendengar sarannya. Sebegitukah bencinya Ditya pada Danar sampai dia tega menyuruh aku putus dengan Danar?

“ Aku,,, aku terlanjur sayang ma dia Dit. “

“ Baru 1 minggu kan? Masih mudah dilupakan. Kamu tau nggak, 1 bulan pacaran adalah masa romantis, 3 bulan pacaran mulai timbul masalah, 6 bulan pacaran ada rasa jenuh. And then, siap-siap kamu untuk ditinggalkan. And you know that? Tinggalkan dia sekarang sebelum kamu menyesal. “ Ditya pergi begitu saja meninggalkan aku.

Finally, Ditya yang dulu bagai malaikat kini berubah 180 derajat. Aku tak tahu kenapa dia sampai benci pada Danar. Yupz, hidup adalah pilihan. Disini aku diharuskan memilih sahabat atau pacar. Tapi apakah setiap pilihan itu harus dipilih? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan keduanya. Yah, lagi-lagi aku akui kalau aku egois. Aku butuh cinta dan aku juga butuh sahabat. Bukankah semua itu wajar? Tak ada yang bertentangan karena kehadiran keduanya. Jika orang lain bisa memiliki keduanya mengapa aku tidak? Untuk ini aku putuskan bahwa aku harus memiliki keduanya.

****

1 Bulan Pasca Jadian

“ Kenapa sich harus ada masa lalu? “ tanyaku pada Danar sore itu.

“ Yahhh,,, untuk dijadikan pelajaran supaya ke depannya lebih baik. “

“ Kalau masa lalunya kelam gimana? “

“ Hmm,,, seperti pelangi itu. “ Danar menunjuk pelangi yang tepat membentuk setengah lingkaran di atas kepala kami.

“ ... untuk melihat pelangi yang indah seperti itu, kita harus melihat mendung di langit. Menkutkan. Begitu juga manusia, untuk masa depan yang baik terkadang kita harus melihat masa lalu yang kelam. “

“ Termasuk masa lalu kamu sebagai... “ tanyaku hati-hati.

“ Playboy? Aku tak pernah menyebut diriku playboy. Dan aku juga tak pernah bangga dengan julukan itu. Itu hanya julukan yang ditujukan oleh orang-orang yang belum mengerti aku. “

“ ...ketika kita berada dalam suatu keadaan penuh tekanan, adakalanya kita harus memilih tetap bertahan dengan tekanan itu atau menyerah dan mengakhiri tekanan itu. Mungkin dengan cara yang menyakitkan tapi itu harus dilakukan. Untuk apa mempertahankan sesuatu yang justru membuat kita tersiksa? Aku percaya bahwa Tuhan selalu mempersiapkan yang terbaik buat kita. “ aku bisa memahami maksud Danar. Apapun itu Danar juga manusia biasa. Dia masih punya hati dan perasaan. Dia selalu berusaha mencintai tapi selalu terbentur dengan masalah yang ada hingga dia harus memilih. Bertahan atau menyerah.

Mudah-mudahan Ditya bisa mengerti dengan ini. Aku sayang Ditya dan aku juga sayang Danar. Kali ini aku tak ingin memilih. Benar-benar tak akan memilih.

Tuhan, aku harap aku tidak salah jatuh cinta. Biarlah waktu yang akan menjawab semua itu. Aku tak peduli dengan background masa lalunya. Munafik memang. Tapi inilah pilihanku. Seandainya yang dikatakan Ditya itu benar, bahwa hubunganku akan berakhir pada bulan keenam atau bahkan sebelum bulan keenam, ku rela. Kuyakini bahwa Danar memang bukan untukku. Tapi selama masih ada cinta dalam hatiku, aku akan berusaha mempertahankannya. Sekali lagi semoga semuanya bisa mengerti.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar