Rabu, 08 Juni 2011

Ku sambut hari dengan berseri
Seiring mentari yang terus menyinari
Selaras hati yang bernyanyi
Serinai kasih yang mekar di hati
Bersama sahabat yang selalu dekat
Tali erat terikat kuat


Matahari tersenyum cerah
Langitpun mendulang mendung terarah
Bayu berdendang semilir sepoi
Dedaunan mengangguk mengiyakan dunia
Kala anak manusia berlari dan tertawa
Menyambut masa remaja yang begitu indah dan ceria


Cinta yang agung adalah
Ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli padanya.
Ketika dia tidak mempedulikanmu
Dan kamu masih menunggunya dengan setia.
Ketika dia mulai mencintai orang lain
Dan kamu masih tersenyum sembari berkata “ aku turut bahagia untukmu “
Sanggupkah kau berbuat itu kawan?
Sanggup atau tidak pasti tetap sakit
Dan ingat satu hal persahabatan tak kan pernah usai.


Dulu aku bertanya
Untuk siapa aku ada
Barulah kini terjawab sudah
Dalam sesalku aku bertanya
Dengan apa aku mengubah dunia
Barulah kini terbuka akan jawaban abadi dari semua
Aku ada untuk kekasihku satu-satunya
karenaNya ku sibak dunia
aku mulia
aku berkuasa
aku ada
hanya dan demi dengan CINTA

by. Jalaludin ar Rumy


Pertama kali bayangmu jatuh
Tepat di fokus hatiku
Nyata. Tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai minyak milikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro
Walau jarak kita bagai matahari dan pluto
Saat aphelium amplitudo gelombang hatimu
Berinterferensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna
Bagai kopel gaya dengan kecepatan anguler yang tak terbatas


Aku ingin…...
Mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu
Aku ingin……
Mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat
Yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada.



Menembus cavum thorax
Dan bersarang tapat di cardia mu.
Menciptakan internal bleeding profuse
Yang mungkin membunuhmu
Menjadikan kolaps
Semua asa yang pernah kau semaikan
Tapi…jika tanda-tanda vital cinta itu masih positif
Selamatkan ia, dengan oksigenasi dua liter per menit
Basahi cinta yang tersisa
Dengan cairan infuse ringer laktat
Teteskan anti koagulan
Agar tak terjadi proses pembekuan



Pijar itu
Membalurkan hangat di ronggaku
Menggeliat pelan mengalir membasuh
Kebekuan dalam lorong sunyi bilik jantungku
Dank kala ku coba tuk raih pijar itu
Jari dan tanganku gosong
Dank meleleh
Urung…
Segala asa yang tertanam
Gagal tuk kuraih
Lewat isyarat sebuah pijar



Memilih antara dua adalah dilema
Tapi bila satu telah melangkah pergi
Maka ringan bebanku
Tuk kembali merajut
Kisah dan cerita
Bersamamu lagi








Kebisuan yang terjelma
Menumbangkan asa dan cinta
Dalam gairah prasangka
Seakan hadir tak bermakna
Mengerti pun aku diam
Dalam galau kesendirianku



Semburat jingga meronai senja
Di dalam kekelaman sang waktu
Seakan hadir member nuansa lain
Dalam tirai yang melingkupinya
Yang menyibakkan siluet hati
Kala diri terpaku sendiri
Dalam rengkuhan ilahi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar